Minggu, 23 Juni 2013

Cerpen : STALKER


"Eh, kenalan gue yang itu ngajakin gue ketemuan loh kemaren !" kata Dumai sambil nunjuk nunjuk ke arah cowok yang lewat.

"Oh, itu. Masih suka ?" jawab Inra males.
"Ya kenapa nggak. Pas gue stalking dapetnya itu sih, daripada elo nggak dapet dapet trus kalopun dapet, paling nggak punya nyali buat ketemuan. Haha !" ejek Dumai puas lalu ngeloyor pergi ke meja makan kantin.

Seakan ditinggal gitu aja, Inra sendirian pergi ke kopsis buat beli buku. Dari kejauhan keliatan jelas ada cowok tinggi jangkung yang ingin menghampirinya.
"Hai, ee Inra ya, ee . . . elo . . . Yang . . . Dulu suka like . . . status gue ya, ya kan ? Ya kan ?" tanyanya agak menyelidik.

"Mm. Siapa ya ? Anak baru ya, kita kenal emang ?" jawab Inra cuek.

"Yaaaah, gue kira lo sering like gara-gara stalking gue. Hahaha ! Ia gue anak pindahan kemaren." jawab cowok itu agak PD.

DEG !!!!!! hah beneran ? Masa ? Dia ? Kok ? Apa ? Aduh ? Sekarang ? MasyaALLAH kok bisa !

Seakan terkena terapi kejut. Inra sadar cowok putih itu namanya Andre yang selama ini ia Stalk.
Heran dengan bisu nya Inra, ia agak berbisik ke Inra "Lebih nyata lebih cantik lebih enak juga diliat." lalu ngeloyor pergi ninggalin Inra sendirian.
Seakan horor dengan bisikan itu, Ia pun jalan cepat ke meja makan Dumai, lalu cerita ke Dumai tentang barusan. Dumai cuman ngasih respon ketawa ngakak.
* * *
NTEET ! NTEET ! NTEET !
Bunyi si bel yang kedengerannya agak sedikit kepaksa di pencet.
Pengumuman bilang sih hari ini bebas belajar hingga 3 hari ke depan. Karna itu Inra dan Dumai jalan jalan aja keluar kelas. Baru setengah perjalanan Dumai ketemu sama cowok yang diliatnya tadi pagi dan ninggalin Inra sendirian. Inra pun pergi ke lapangan basket lalu duduk sekalian nonton basket putra main.

Setelah permainan selesai, Inra tak sadar ada cowok yang duduk di sebelahnya, Andre.

"Minumnya mana, kok nggak ada ?"

Inra menoleh. DEG !!! ke 2kalinya, inra tak sadar di antara orang yang maen basket tadi ada Andre. Dalem hatinya bilang 'Keren banget, pake kaos anak basket lagi'

"Ayolah, jangan diem aja. Mana minumnya haus nih." kata Andre sedikit merengek sambil menyikut Inra.
Seakan kerennya Andre hilang seketika karena rengek an nya barusan, Inra berubah cuek kembali.

"Mana tau. Enak banget nyuruh nyuruh."

"lo ke sini cuman mau ngeliat gue kan, ya kan ?" selidik Andre lagi.

"Buat apa juga, sekali ngeliat lo aja gue udah bosen. ya kan? Ya kan?" jawab Inra tak mau kalah.

"halah, lo bosen apa demen liatin gue." jawab Andre dengan PD nya.

"ah, lo emang ganteng, puas." jawab Inra manyun lalu ninggalin Andre gitu aja.

* * *

Hari Berikutnya . . .

Masih seperti biasa, hari bebas belajar. Dumai lagi lagi ninggalin Inra. Inra nggakmau lagi ke lapangan basket, ia pun pergi ke perpus yang cuman sekedar pengen sandaran di ujung ruangan perpus. Tak ia sadari, ia ketiduran. Yang terlebih ada anak yang memotretnya sedang tidur, tak lain Andre. Andre cuman terkekeh, lalu diam menikmati wajah sederhana Inra.

Udah lama Inra nggak nge stalk orang lewat fb nya karena udah bosen.

Coba dia buka fb nya Andre, dia pasti tengkejut dengan status yang akhir akhir ini mengarah pada Inra.

Inra juga nggak tau kalo foto muka borosnya saat tidur di perpus di upload oleh Andre namun di blur, Inra juga dulu pernah upload foto Andre yang di blur namun kebalikannya Andre tau itu.

Besoknya, karena masih hari bebas belajar, siswa yang masuk sekolah sedikit banget. Inra yang lagi ditinggal sendiri oleh Dumai, pergi jalan jalan lalu lewat lapangan basket. Di sana ia ngeliat Andre sendirian main, tanpa menghiraukan Andre yang terus mengerdipkan mata dan memberi senyum kepadanya. Tak disangka Andre kelilipan hingga berhasil menghantam tiang ring basket.

Ntah kenapa Inra cemas lalu berlari ke Andre. Ia ngeliat jidat Andre mentol satu, lalu memastikan itu bukan daging tumbuh dengan memencet nya. Nggak tau kenapa ia asyik sendiri hingga tanpa sadar mukanya terlalu dekat dengan Andre.

Tiba-tiba Andre bangun lalu meringis keras dan kaget pada mahkluk yang mendekati mukanya.

Inra refleks mundur. Andre sadar itu Inra, Ia pun mengelus dada lebay.

Andre menghampiri Inra mau bilang terimakasih dan bertanya, mengapa Inra ingin berbuat mesum padanya. Inra mual di bilang cewek mesum.

"kemaren lo diem diem merhatiin gue, sekarang nemenin latihan gue, tapi kok secepet itu lo langsung mau buat mesum ke gue." kata Andre sambil menutupi dada nya dengan menyilangkan tangannya.

"Mesum udel mu ! Gue cuman mau bantu, eh malah ke asyikan sama bakso di jidat lo tuh." sahut Inra membenarkan.

Andre langsung meraba-raba dan tercekat. Lalu ia mendekati Inra sengaja mendekati mukanya, dan beralasan ingin berkaca melihat benjolannya lewat mata Inra.

Inra yang tak tahan bergidik ngeri malu, lalu menyentil bakso di jidat Andre keras.

Tak mau kalah Andre mencoba lagi mendekatkan dirinya pada Inra sambil ngesot. Ia langsung memegang tangan Inra lembut lalu menatap lekat lekat wajahnya.

Tiba tiba, CETTAAKK !!

Jidat Inra berhasil di sentil oleh Andre. Beberapa detik kemudian, mungkin Karena kesakitan dan merasa bersalah, satu tetes dua tetes pun jatuh. Inra akhirnya menangis.

"Maafin gue, Andre. Gue refleks nyentil lo tadi." kata Inra sesenggukan.

Andre kaget, ia tak menyangka Inra akan menangis. Ntah refleks atau nggak, ia memegangi pipi Inra dan menghapus air matanya.

"Gue bukan mau bales dendem sama lo, kekencengan ya. Kalo gitu gue yang maaf."
 Setelah mendengar itu Inra berhenti nangis dan manyun.

"Maafin gue jangan nangis dong. Tapi gue akuin sentilan lo emang paling mantep dah."
keduanya pun ketawa gila bersama.

"Oh ya, katanya nggak kenal, tapi kok tau nama gue, Andre. Hayo tau dari mana, apa mungkin ? Eee ?" sambung Andre.

"eee... Gue tau dari fb doang kok." kata Inra membela diri.

"ah nggapapa lo tau gue dari mana. Tapi, Gue seneng sekarang kita bisa agak lebih deket gara gara nih bakso." kata Andre sambil nunjuk nunjuk benjol dijidatnya.

Pipi Inra memerah.

"Jangan lupa ya, tiap hari ke sini ngeliatin gue latihan. Sering sering juga ke perpus ya. Haha ! Oya, Jangan nangis lagi, kalo mau nangis ke gue aja ya. Ahaahahaa...", bisik Andre sambil ngakak.

Inra cuman bingung pas Andre bilang perpus, tapi dia langsung mencet benjol Andre lalu ngangguk dan pergi ninggalin Andre.

"Jangan lupa kasihin obat, maaf ya." teriak Inra di akhiri senyum.

Andre melongo dan membalas senyum Inra lalu menatap tangannya, bekas pipi dan air mata Inra. Begitu juga Inra yang senyam-senyum menatap tangannya yang barusan dipegang Andre.


Cerpen : GEOGRAFI



"Hmm. . ." suara endusan itu sudah terdengar untuk yang ke-tiga kalinya. Itu dimulai saat malam tiba tepatnya dimalam selasa kliwon saat otak harus di paksakan untuk menghapal dan berfikir keras.

Cukup dengan 1 jam lebih 16 menit saja Rima si gadis berkacamata berlensa dua setengah itu menyerah untuk berhenti belajar. Akhirnya ia mulai beranjak ke depan tv tepat pukul 9 untuk menyaksikan acara tv kesayangannya.

Entah kebiasaan atau karena keasyikan menonton, Rima tak sadar bahwa hari telah berganti meskipun matanya telah berkedap-kedip seperti ingin mengajak kita berdisko malam itu.

Lima menit setelah menyadari hal itu, terdengar suara "CEKKLEK !", suara ganggang pintu terbuka.
Sosok pria lebih dari setengah abad yang tinggi gemuk memakai sarung keluar dari kamarnya.

"Kenapa kamu belum tidur, besok kamu masih mid kan ? Bapak juga nggak ngeliat kamu belajar dari tadi" kata pria yang adalah ayah dari Rima.

Sontak Rima kaget dan matanya yang cukup besar itu semakin terbuka seperti ingin pecah. Padahal setiap kali ayahnya keluar dari kamar hanya untuk sekedar mengecek atau ke kamar kecil, Rima pasti tau dan cepat-cepat mematikan apapun yang masih menyala agar tidak ketahuan.

"Iya pak, lagi bagus nih tapi tadi udah kok belajar satu jam-an" tutur Rima agak tergagap-gagap tak biasanya.

"Ntar-kamu-kalo lagi ada mid atau smesteran jangan kamu tidur sampe jam segini, lelah bapak ngomong sama kamu. Apa coba ntar yang kamu mau jawab pas mid. Cepet tidur sana !"

"Ya pak" hanya itu yang dapat keluar dari mulut Rima.

Akhirnya ia terlelap dan. . .

kaget untuk ke dua kalinya karena mengetahui jam sudah seenaknya menunjukan pukul 06.30.

"Ih, sial. . ."

". . .nggak ada yang bangunin, lagi." gerutu rima dalam hati.

Dengan menghabiskan waktu 28 menit saja, Rima telah siap untuk ke Sekolah.

Rima terpontang-panting berlarian dari tempat parkir menuju kelas. Yang dilihat nya hanya beberapa makhluk yang baru datang.

"Hmm" endusan itu terdengar kembali, kali ini bukan Rima. Lalu datanglah seorang wanita yang langsung merebahkan diri di samping bangku Rima.

"Tumben cepet, rim" kata Via datar terlihat tidak semangat, ia adalah gadis berkulit hitam manis yang memiliki gaya manja yang menjadi ciri khasnya sekaligus teman dekat Rima.

"Iya nih, capek gue" kata rima ikut ikutan memasang muka datar sedatar-datar nya.

"Hey hey" sapa Mawar, gadis berkulit kuning langsat yang punya hobi nyubitin kulit sampai nembus dari daging ke daging itu mulai ikutan nyempil diantara mereka.

Namun (Teeetttttttttt !) teriakan bel menandakan mid pertama akan di mulai. Hari ini mid sudah berjalan 5 hari dan hari ini juga menjadi hari khusus kelas X ada tiga pelajaran yang akan di mid kan. Pertama Aqidah Akhlaq, English Tourism, dan Geografi.

Setelah Aqidah Akhlaq lewat, English Tourism mulai menuai kontrofersi karena bahasa yang digunakan bukan bahasa asli indonesia.

Akhirnya Geografi pun di mulai. Pembagian lembar jawaban sudah, lembar soal sudah, hanya tinggal mengisi lembar jawaban yang masih bersih seperti telah dicuci dengan pemutih.

Sebelum mid pelajaran geografi dimulai, Rima dan Via sudah bersekongkol untuk membuat selipan contekan karena mereka berdua sama sekali belum belajar geografi.

Soal nomor 1 lalu 2 lalu 3 lalu 4 dan 5 sudah terjawab. Karena hanya sedikit membuat contekan, tepat di soal nomor 6, pulpen yang awalnya gesit menulis tiba-tiba diam-Shock seperti orang amnesia, lupa dengan apa yang dilakukannya barusan.

Soal nomor 6 7 8  kosong.

Untung pada nomor 9 dan 10 ilmu mengingat Rima berguna di sini dan Via hanya tinggal menyalin tak peduli betapa banyak urat yang sudah terbentuk di wajah Rima saking gelisahnya.

"Vi, liat sana di Ucil. Dia udah buat contekan dua lembar tadi. Pinjem sana." bisik Rima pada Via yang masih asik menyalin.

Satu menit kemudian. . .

"Eh, mintak nomer 6 7 sama 8 atau Pinjem contekan mu dah satu."

"Eee. Ntar dulu belom selese, Vi. Ntar kamu ndak kembaliin lagi, apalagi model kamu apalagi Rima" kata Ucil, si gadis lumayan baik, sangat pemalu, namun pengeluh dan suka bikin kesel orang ini berbisik dari belakang tempat duduk Rima.

Karena tidak ingin membuat ribut dan takut membangunkan tidur lelap sang pengawas Rima dan Via pun menunggu sampai si Ucil selesai menyalin.

Tak lama 6 menit kemudian contekan itu sampai pada tangan Via Dan . . .

"Nih, cepet. Selipin di papan sama soalmu" kata Via seperti memberikan arahan.

Segera setelah itu Rima merapat karena ia sama sekali tak menggunakan kacamatanya dengan alasan bahwa, ia memang tak terlalu menyukai memakai kacamata.

3 menit kelas sepi, sunyi dan senyap. Tiba-tiba Ucil bangkit dari tempat duduknya setelah menggerutu karena banyak jawaban yang tak ia ketahui.

Ia ke depan menuju tempat dikumpulkannya tas, lalu . . .

"Sreettttt" bunyi tas terbuka.

Dan di ambillah "PLUKK" buku LKS Geografi tanpa sepengetahuan pengawas.

Anak-anak lainnya pun tertawa dengan berbagai macam gaya, ada yang tertawa lepas, karena ikut-ikutan, jaim, sinis, simpul, kalem, sambil mengangga dan lainnya.

Sungguh luar biasa, betapa ada manusia semacam ini yang pemberani melebihi melakukan sebuah uji nyali.

Hanya butuh tak sampai 1 menit, kelas kembali terasa mencekam karena terlalu sepi. Tapi masih terdengar bisikan-bisikan yang sedang memperdebatkan jawaban dari posko paling belakang.

Tak hanya mereka ber-empat yg menyontek, tapi seluruh warga kelas ini bergotong royong untuk mengisi lembar jawaban bersama-sama.

Setelah selesai menulis contekan tadi, Rima dan Via baru menyadari jawaban No 8 tidak ada.

Kepala yang awalnya lurus berfokus pada lembar contekan tiba-tiba miring 150  derajat menghadap belakang.

"Heh Nuri, mintak dong no 8 ?" bisik Rima.

"iii, ntar dulu. Atau gini dah mintak no 10 mu ntar tak tulisin no 8. Sini lembar soalmu" balas Nuri, gadis pendiam dan akan bicara jika diajak bicara ini sekaligus teman duduk ucil.

Setelah diberikan, 3 menit kemudian Rima balik melihat ternyata Nuri beserta satu Makhluk di sebelahnya sedang mengerumuni sesuatu, mereka sedang menulis jawaban no 10 milik Rima namun tidak menuliskan balik jawaban no 8 yang dipinta Rima.

Lantas Rima geregetan dan Sebal dengan dua Makhluk di belakangnya itu.

Akhirnya, via yang daritadi melanga-melongo seperti hampir habis kehilangan nyawa, bertindak juga dengan mencontek langsung no 10 dari lembar milik Nuri.

(Zeeeettt !) suara lembar jawaban Rima yang baru saja diambil kembali dengan paksa.

Tepat pukul 01.00 siang, ada riya yang sebagai pengumpul pertama. Dia biasanya mengumpulkan lembar jawaban jika sudah ada setengah dari jumlah siswa yang mengumpulkan duluan.

Setelah melihat lembar soal mereka penuh, Rima dan Via mengumpulkannya lalu pergi ke kantin untuk sekedar melepas dahaga.

Saat ingin balik, di perjalanan mereka bertemu dengan Isni, gadis berkulit sawo belum matang dan bulat lat lat itu sekaligus murid kelas sebelah yang juga teman Rima dan Via. Ia ingin bercerita tentang Ibu nya yang begitu marah karena telah menghilangkan helm dua kali di sekolah saat ekskul berlangsung.

Sebenarnya yang dipermasalahkan ibunya itu bukan seberapa harganya, tapi yang dipermasalahkan adalah mengapa keamanan di sekolah yang sudah jelas amannya masih saja ada barang yang hilang.

Saking semangatnya bercerita, asap dikepala Isni mengepul kembali mengobarkan semangat 45. Setelah Isni puas dengan mencurahkan segala isi hati nya. Mereka pun pulang dan membawa fikirin atas masalah mereka sendiri menuju rumah masing-masing.

( 09/04/13 ) by : Rp_ditha
Maaf bila ada hati yang tersakiti :D
Jas For Fan, meton :D